Archive for some writings…

Sabar

Seringkali gue berpikir, seberapa besarkah pengaruh didik-an orang tua dan keluarga mempengaruhi kehidupan hidup seseorang dimasa depannya….jawabannya: benar-benar besar sekali! tanggung jawab dan peran orang tua dalam membesarkan anak benar-benar memegang peranan vital atas terbentuknya sikap dan sifat seorang individual di masa depannya…


Bagaimana kehidupan dan didikan kita dibesarkan semenjak kecil benar-benar membantu seseorang untuk menjadi dan memiliki pribadi yang kuat, atau lemah, dalam kehidupan masa dewasa kita. Hal ini sangat ber-impact besar terutama saat berumah tangga… hal ini benar-benar terasa bagaimana pasangan hidup kita bersikap, berinteraksi, bertanggung jawab dalam kehidupannya…


sabar… itulah yang harus selalu gue miliki dalam menghadapi sifat dan sikap seseorang yang notabene harusnya menjadi yang sangat penting dalam kehidupan gue…. dan sikap Sabar adalah kunci seorang wanita menghadapi kehidupan yang sudah dipilihnya untuk dapat selamat dalam mengarungi kehidupan yang mandiri lepas dari orang tua….

sabar… harus terus kumiliki jika jalan hidupku ini ingin tetap aku pilih….

aku seharusnya menjadi seorang co-pilot dalam kapalku… tapi kapten pilotku seringkali membuatku terpaksa menentukan arah dan altitude penerbangan kapalku…. seringkali kapalku terhempas… terbawa angin…. bak negara yang tidak punya UUD… aku harus tetap sabar…

seorang kapten nakhoda yang tidak pernah mendapatkan training khusus yang mendalam, apalagi jika tidak punya basic yang kuat dalam ilmu pelayarannya akan mudah memiliki kapal yang karam…

seringkali aku berpikir ingin aku menaiki kapal yang lebih kecil dan ku-nakhodai sendiri saja… terlalu berat aku rasakan walau berdua tapi beban tanggung jawabku lebih berat…. lebih baik sendiri tapi mudah kujalani…

mungkin ini adalah one of those bad days… hhmm.. we’ll see….

semoga bulan puasa ini gue lebih sabar dan lebih banyak pahala yang gue raih dengan bersabar…

amiiinn…

Kegundahan Retno…

“…hhhhhhhggghhhh……”

Retno menghela nafasnya… batinnya berteriak.. ia ingin lari kencang.. kencang sekali…. dan air matanya pun menetes… semakin lama semakin deras…

Entah sudah kesekian berapa ribu kalinya hatinya sakit atas ucapan kasar dari ibunya… selalu dihina dan dianggap kurang dalam berbagai hal… tekanan demi tekanan membuat pikirannya kacau, her mind twisted… Retno tidak tau lagi mana yang benar dan mana yang salah… ia merasakan dilema… 
…pergi jauh atau….???

Sudah 36 tahun ia merasakan tekanan dan penderitaan psikis dari wanita tua itu… Retno tetap sabar… kadang ia ingin meronta… namun, dibesarkan dalam adat Jawa yang kental, Retno sangatlah sabar dan sopan… ia tidak berani menjawab atau melawan ibunya.. dia hanya menelan dan memendam perihnya rasa sakit hati yang dari tahun ke tahun semakin mendalam…
Retno adalah seorang manager keuangan di sebuah perusahaan asing terkemuka di Jakarta. prestasinya cukup gemilang… kawannya pun banyak sekali… ia juga kerap menjadi dosen tamu dan juga pembicara dalam berbagai seminar… kadang ia juga masuk di beberapa majalah bisnis atas tulisan dan hasil wawancaranya dengan majalah tersebut. Namun dimata ibunya, ia adalah Retno anaknya, yang ia lahirkan dan besarkan, yang banyak sekali kekurangannya…
Wanita yang berusia 70 tahun itu bernama Sartinah… ia masih memiliki hubungan keluarga dengan keraton… ia adalah seorang ibu yang tegas, tegar, keras, mandiri dan terkesan sangat melindungi keluarganya. Banyak yang berpendapat bahwa ibu Sartinah adalah seorang yang cukup diktator dan keras kepala. Banyak yang tidak tahan padanya… pembantu & supir selalu bergonta-ganti, bahkan saudaranya sendiripun seringkali tak tahan atas sikap Sartinah yang kerap membuat suasana di ruangan ia berada terasa tegang dan negatif… namun bagi yang mengenalnya dengan baik, dia adalah seorang yang memiliki perasaan yang halus dan penyayang namun tidak tau bagaimana mengekspresikannya sehingga ia terkesan diktator dan menjadi sangat keras kepala…
Retno belum menikah… tuntutan ibunya untuk Retno memiliki pendamping yang sempurna membuat banyak lelaki pergi darinya… sikap perfectionist Sartinah juga membuat Retno menderita dan memiliki rasa takut yang sangat besar untuk mengecewakan ibunya itu. Tidak hanya sampai situ, jika Retno dianggap tidak becus, maka ia akan mendapatkan nasehat yang panjang, kritikan yang tajam dan celaan yang pedas dari sang ibu yang selalu menanggap Retno tidak becus dalam banyak hal termasuk memilih laki-laki…
Dalam kesedihannya, Retno seringkali berusaha melupakannya dengan bekerja keras sebagai pelampiasan kekecewaan dan kesedihannya yang mendalam. Walau ia sangat successful namun hatinya penuh luka yang dalam… ia tidak bahagia…
Luka di dalam hatinya yang sudah menganga sejak dia kecil semakin membesar… sikap ibunya yang seperti itu sudah dimulai bahkan sejak sebelum Retno akil baligh… ingatan masa kecilnya yang memiliki banyak kesedihan masih melekat erat di benaknya… 
Retno tidak mudah melupakan satu demi satu kenangan pahitnya.. bahkan kenangan indahpun tidak lagi terasa… walaupun tidak selalu setiap kali sang ibu selalu kasar padanya… tapi perlahan dari tahun demi tahun, secara psikis, Retno telah hancur… ia tidak mencintai dirinya, ia pun sangat membenci dirinya sendiri dan otaknya seperti tercuci, percaya akan setiap hal negatif yang Sartinah selalu katakan pada Retno… padahal, sebagian besar hal-hal jelek yang Sartinah katakan tentang Retno tidaklah selalu benar…
“….sssiiiggghhhhaahhhhh….”
Kembali Retno menghela nafasnya.. ia bukannya tidak mau menjawab segala kritikan dan cercaan pedas ibunya walau urusan yang di cerewetinya adalah mayoritas hal-hal kecil.. Retno sudah merasa malas membahas dan membela dirinya.. segala tuduhan dan tudingan yang tidak benar pun sudah menjadi makanan sehari-harinya di rumah… ia ingat pesan almarhum ayah dan kakaknya, “anggap saja ibumu sakit jiwa Ret… kita harus kasihan padanya… kalau kamu menanggap ibumu sakit, maka kamu tidak akan memiliki dendam pada ibumu…” 
Selalu teringat pesan itu… Retno meneteskan air mata.. ia merasa rindu pada ayah dan kakaknya yang selalu membela dan menenangkannya saat ia menangis di kamar setelah dimarahi ibunya.. kini tinggalah ia sendiri bersama ibunya… yang akan tetap bersikap seperti itu sampai kapanpun…
Retno tersadar akan lamunannya… ia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu… Sholat adalah jawaban dari rasa gundah gulana hatinya.. ia ingin mengadu pada Allah… mengadu akan segala beban psikis yang ia tanggung….
….